Mengenal Apa Itu Take Home Pay Dalam Hal Pajak Karyawan

Agu 30, 2023 | Payroll

Take Home Pay (THP) adalah salah satu istilah yang umum penggunaannya dalam konteks penghitungan gaji serta pajak karyawan. Dalam dunia kerja, besaran gaji atau penghasilan memang merupakan hal penting yang harus jadi perhatian.

Penting bagi setiap karyawan untuk memahami bahwa gaji yang tertera dalam kontrak kerja atau kesepakatan awal belum tentu mewakili jumlah uang yang akan karyawan terima secara penuh. Dalam konsep THP atau biasa juga disebut dengan istilah gaji bersih menjadi relevan.

Manfaat pentingnya memahami konsep THP tidak hanya berlaku bagi karyawan, tetapi juga bagi tim HRD serta pihak manajemen perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui definisi hingga cara perhitungannya secara rinci.

Panduan Cara Menghitung Take Home Pay (THP) Dalam Hal Pajak Karyawan

Take Home Pay atau gaji bersih merujuk pada jumlah penghasilan yang karyawan terima setelah pemotongan berbagai macam komponen pajak dan potongan lainnya. Dalam perhitungannya, terdapat beberapa komponen yang harus perlu menjadi perhatian.

Semua komponen tersebut perhitungannya berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku dalam sebuah negara. Sedangkan gaji biasa adalah jumlah penghasilan yang disepakati antara karyawan dan perusahaan sebelum pemotongan pajak serta jenis potongan lainnya.

Adapun komponen yang harus terhitung dalam Take Home Pay yaitu meliputi penghasilan rutin, penghasilan insidental, dan komponen pemotong gaji. Berdasarkan 3 komponen tersebut, berikut ini panduan lengkap terkait cara menghitungnya.

1. Identifikasi Komponen Penghasilan Rutin

Langkah pertama dalam menghitung THP adalah mengidentifikasi komponen penghasilan rutin yang termasuk dalam gaji karyawan. Penghasilan rutin ini terdiri dari beberapa komponen, seperti gaji pokok serta tunjangan, dengan penjelasan sebagai berikut:

Gaji Pokok dan Tunjangan

Merupakan jumlah pendapatan dasar yang telah tersepakati dalam kontrak kerja. Komponen ini merupakan kontribusi utama dari penghasilan. Sedangkan tunjangan merupakan komponen biaya di luar gaji atau pendapatan utama yang merupakan hak pekerja.

Tunjangan Tetap

Tunjangan tetap adalah tunjangan yang secara teratur, misalnya tunjangan jabatan, transportasi, kesehatan, serta THR (Tunjangan Hari Raya). Jumlahnya dapat bervariasi tergantung kebijakan perusahaan maupun regulasi yang berlaku.

Tunjangan Tidak Tetap

Tunjangan tidak tetap jumlahnya dapat berbeda dari bulan ke bulan, seperti tunjangan kinerja, tunjangan perjalanan dinas, dan lain sebagainya. Sama seperti tunjangan tetap, jumlahnya bervariasi serta berbeda dengan gaji pokok.

Penting untuk diperhatikan bahwa setiap perusahaan dapat memiliki struktur gaji yang berbeda-beda. Oleh karena itu, setiap karyawan harus mengetahui komponen apa saja yang termasuk dalam penghasilan mereka sebagai acuan untuk menghitung Take Home Pay.

2. Hitung Total Penghasilan Rutin

Setelah mengidentifikasi sumber penghasilan rutin, selanjutnya adalah menjumlahkan berbagai komponen tersebut. Caranya, cukup jumlahkan gaji pokok dengan tunjangan tetap, lalu tambahkan tunjangan tidak tetap yang berlaku untuk periode yang relevan.

Total penghasilan rutin ini akan menjadi dasar perhitungan Take Home Pay selanjutnya. Sebagai contoh, seorang karyawan memiliki gaji pokok sebesar Rp 5.000.000 per bulan belum termasuk tunjangannya.

Jika kita tambahkan, terdapat tunjangan jabatan sebesar Rp 1.000.000 per bulan, serta tunjangan kinerja sebesar Rp 500.000 per bulan. Berdasarkan data tersebut, maka total penghasilan rutin karyawan adalah sebesar Rp 6.500.000 per bulan.

3. Perhatikan Komponen Penghasilan Insidental

Selain penghasilan rutin, penghasilan insidental juga harus diperhatikan dalam perhitungan Take Home Pay. Penghasilan insidental adalah pendapatan tidak tetap yang diperoleh karena alasan tertentu, berikut beberapa contohnya:

  • Bonus kinerja, yaitu tambahan uang atau insentif yang diberikan kepada karyawan sebagai penghargaan atas pencapaian kinerja/performa tertentu.
  • Uang lembur, diberikan atas waktu kerja di luar jam kerja normal yang telah ditentukan.
  • Bonus laba, keuntungan bersih yang didistribusikan secara proporsional berdasarkan kontribusi karyawan tersebut.

Jika Anda menerima penghasilan insidental dalam periode tertentu, tambahkan jumlah tersebut ke total penghasilan rutin sebelumnya. Setelah kita jumlahkan, maka nominal tersebut adalah jumlah akurat dari total penghasilan kotornya.

Sebagai contoh, seorang pekerja menerima bonus kinerja sebesar Rp 2.000.000 pada bulan kelima dalam periode kerjanya. Maka total penghasilan kotor karyawan untuk bulan tersebut adalah Rp 8.500.000 (Rp 6.500.000 + Rp 2.000.000).

4. Identifikasi Komponen Pemotong Gaji

Komponen pemotong gaji adalah penerapan potongan pada penghasilan karyawan untuk menghitung THP. Di antaranya pajak penghasilan (PPh 21), utang atau tunggakan ke perusahaan atau pihak lain, iuran BPJS Ketenagakerjaan, serta iuran BPJS Kesehatan.

Penting untuk memahami peraturan dan persyaratan perpajakan serta kebijakan perusahaan terkait pemotongan ini untuk memperoleh hasil perhitungan Take Home Pay yang akurat. Sebab, total jumlah potongan dapat berbeda tergantung kebijakan yang berlaku.

Sebagai contoh, tarif PPh 21 dapat berbeda tergantung pada besaran penghasilan karyawan dan ketentuan perpajakan dari perusahaan. Contoh lain, ada perusahaan yang menerapkan iuran BPJS bagi karyawannya, namun ada juga yang tidak mewajibkan hal tersebut.

5. Hitung Total Potongan Gaji

Setelah mengidentifikasi komponen pemotong, langkah selanjutnya adalah menghitung total potongan gaji yang akan diterapkan. Lakukan perhitungan ini berdasarkan persentase atau jumlah tetap yang berlaku untuk masing-masing komponen pemotong gaji sebelumnya.

Sebagai contoh, pada suatu perusahaan pemotongan yang berlaku meliputi PPh 21 serta utang pinjaman karyawan jika ada. Misalnya, tarif PPh 21 yang berlaku adalah 10% dari penghasilan kotor, dan Anda memiliki utang ke perusahaan sebesar Rp 500.000.

Artinya, total potongan gajinya adalah Rp 1.350.000 (10% x Rp 8.500.000 + Rp 500.000). Apabila terdapat tambahan potongan lain seperti angsuran kredit ke pihak ketiga serta iuran BPJS, maka komponen tersebut juga harus dihitung untuk memperoleh Take Home Pay.

6. Kurangi Potongan Gaji dari Penghasilan Kotor

Langkah terakhir untuk menghitung THP adalah dengan mengurangi total potongan dari hasil perhitungan penghasilan kotor sebelumnya. Dimana penghasilan kotor merupakan jumlah dari penghasilan rutin dan penghasilan insidental.

Hasil dari pengurangan inilah yang merupakan Take Home Pay, yaitu jumlah penghasilan bersih karyawan setelah dipotong pajak serta potongan lainnya. sebagai contoh, total gaji kotor seorang karyawan adalah Rp 8.500.000.

Apabila total potongan gajinya adalah Rp 1.350.000, maka THP yang akan karyawan terima adalah Rp 7.150.000. Jadi, selalu perhatikan peraturan perpajakan serta kebijakan perusahaan terkait penggajian untuk memastikan hasil perhitungan Anda akurat.

Kesimpulan Take Home Pay (THP)

Dalam hal perhitungan gaji serta perpajakan karyawan, THP adalah konsep penting yang harus dipahami dengan baik. Dengan memahami konsep dan cara menghitungnya, karyawan dapat mengetahui berapa total penghasilan bersih yang akan mereka terima.

Oleh karena itu, langkah-langkah di atas bisa menjadi panduan untuk Anda menghitung total gaji bersih pribadi. Namun saat ini, semakin banyak perusahaan beralih menggunakan sistem dan aplikasi modern untuk mengelola data karyawan, termasuk penggajian.

Salah satunya yaitu sistem HR online berbasis cloud dengan fitur premium. Di antaranya seperti aplikasi absensi online untuk mengecek kehadiran, serta sistem payroll terintegrasi untuk mempermudah sistem penggajian.

Untuk memperoleh berbagai manfaat dan fitur canggihnya, hubungi tim kami melalui Adrena.id. Dengan menggunakan aplikasi, proses menghitung gaji maupun Take Home Pay menjadi lebih mudah, cepat, dan akurat.

Pin It on Pinterest

Share This